I.
APA
YANG DIMAKSUD EXPERT CHOICE
Expert Choice adalah sebuah
aplikasi yang khusus digunakan sebagai alat bantu implementasi model-model
dalam Decission Support System (DSS) atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Sistem Penunjang Keputusan (SPK) dalam sebuah perusahaan ataupun untuk
keperluan akademik (PBM). Beberapa kemudahan terdapat dalam Expert dibandingkan
dengan software-software sejenis, kemudahan-kemudahan tersebut antara lain:
-
Fasilitas GUI yang mudah digunakan. Sehingga
cocok digunakan baik bagi kalangan perusahaan ataupun bagi kalangan akademik
yang baru saja mempelajari tentang seluk belum Sistem Penunjang Keputusan
-
Banyak fitur-fitur yang menyediakan pemodelan
decission support system secara baik, tanpa perlu melakukan instalasi atau
setting ulang parameter-parameter yang terlalu banya.
Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur
kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai
subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan
variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil
pada situasi tersebut. Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah
memilih suatu alternatif yang terbaik. Seperti melakukan penstrukturan
persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penenetapan nilai kemungkinan untuk
variabel aleatori, penetap nilai, persyaratan preferensi terhadap waktu, dan
spesifikasi atas resiko. Betapapun melebarnya alternatif yang dapat ditetapkan
maupun terperincinya penjajagan nilai kemungkinan, keterbatasan yang tetap melingkupi
adalah dasar pembandingan berbentuk suatu kriteria yang tunggal. Peralatan
utama Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah memiliki sebuah
hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki,
suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam
kelomok-kelompoknya dan diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
II.
KELEBIHAN ANALITYCAL
HIERARCHY PROCESS (AHP)
Kelebihan AHP dibandingkan dengan lainnya
adalah :
1. Struktur
yang berhirarki, sebagai konsekwensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada
subkriteria yang paling dalam
2. Memperhitungkan
validitas sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria dan
alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan
3. Memperhitungkan
daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
yang multi obyektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan
preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu
model pengambilan keputusan yang komprehensif
III.
PRINSIP
DASAR PEMIKIRAN AHP
Dalam memecahkan persoalan dengan analisis
logis eksplisit, ada tiga prinsip yang mendasari pemikiran AHP, yakni : prinsip
menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis.
Prinsip Menyusun Hirarki
Prinsip menyusun hirarki adalah dengan
menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan cara memecahakan persoalan
menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. Caranya dengan memperincikan
pengetahuan, pikiran kita yang kompleks ke dalam bagian elemen pokoknya, lalu
bagian ini ke dalam bagian-bagiannya, dan seterusnya secara hirarkis. Penjabaran
tujuan hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditujukan agar memperolah
kriteria yang dapat diukur. Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian
keadaannya. Dalam beberapa hal tertentu, mungkin lebih menguntungkan bila
menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam proses analisis.
Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan
ukuran obyektif dan kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses
analisis pangambilan keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu
terperinci. Maka salah satu cara untuk menyatakan ukuran pencapaiannya adalah
menggunakan skala subyektif.
IV.
CONTOH
STUDI KASUS AHP PADA TEKNIK SIPIL
-
DASAR TEORI PERENCANAAN KONSTRUKSI PERKERASAN
JALAN
Perencanaan
tebal perkerasan jalan baru, peningkatan maupun rehabilitasi jalan umumnya
dapat dibedakan atas 2 metode yaitu:
1.
Metode empiris, metode ini dikembang-kan berdasarkan pengalaman dan
penelitian dari jalan-jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau dari jalan
yang sudah ada.
2.
Metode teoritis, metode ini dikembang-kan berdasarkan teori matematis
dari sifat tegangan dan regangan pada lapisan perkerasan akibat beban berulang
dari lalu lintas.
Perencanaan
tebal perkerasan dengan metode empiris sebaiknya dilakukan tidak hanya
menggunakan satu metode saja tetapi beberapa metode.Hasil perencanaan akhir
diperoleh dari hasil studi perbandingan dengan memperhatikan biaya
konstruksi awal, life cicle cost, pemeliharaan,tenaga
kerja, kemungkinan tersedia material yang diperlukan, asumsi yang
diambil pada setiap metode, dan kondisi lingkungan. Dalam penelitian ini untuk
perencanaan tebal perkerasan jalan digunakan 3 (tiga) metode empiris yaitu
Metode Analisa Komponen SKBI. 2.3.26.1987 UDC:625.73, Metode Giroud-Han dari
USA, Tahun 2004, dan Metode Analisa ZTVE StB dari Jerman, Tahun 1994
-
METODE GIROUD - HAN DARI USA, TAHUN 2004
Metode Giroud – Han ( USA)/2004, ini
merupakan metode yang bersumber dari The American Society of Civil
Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and Geoenvironmental
Engineering, edisi Agustus Tahun 2004.Yang dipublikasikan lagi dengan
judul Subgrade Improvement for Paved and Unpaved Surfaces Using Geogrids
oleh Stephen Archer, PE edisi Oktober 2008. Didalam perencanaan konstruksi
perkerasan jalan dengan metode ini merupakan pengembangan dari metode
sebelumnya yaitu metode: Giroud dan Noiray (1981) dan Giroud et al. (
1985)., dimana dalam metode ini dikembangkan tentang penggunaan geosynthetic,
untuk perbaikan subgrade/ tanah dasar sebagai pondasi konstruksi jalan. Metode
ini dipergunakan untuk Perumusan teori Disain lapisan
konstruksi perkesaran jalan dengan geosynthetic, ditemukan oleh , J.P.
Giroud, Ph.D., dan Jie Han, Ph.D., yang diterbitkan The American Society
of CivilEngineers (ASCE) Journal of Geotechnical and Geoenvironmental
Engineering, edisi Agustus Tahun 2004. Rumus berikut digunakan untuk
memperkirakan ketebalan lapisan pondasi base course yang diperlukan
( h) untuk serviceability guna mendukung tanah dasar akibat beban
kendaraan. Di dalam penggunaan rumus ini, pihak perencana dapat
menghitung ketebalan lapisan base course dengan ketebalan ( h):